JULIUS Caesar, adalah komandan perang yang berhasil karena strateginya yang cukup unik. Dalam catatan sejarah, tercatat bahwa ketika Caesar berhasil mendaratkan pasukannya pada tengah malam yang dingin, sang komandan berdiam diri sejenak, sementara pasukannya sibuk merapatkan dan menyembunyikan perahu-perahu yang sudah mereka tumpangi. Mereka berpikir setelah pertempuran selesai, akan kembali lagi ke kapal induk dengan menggunakan perahu tersebut. Namun, betapa kagetnya seluruh pasukan begitu mendengar perintah sang Komandan, “Bakar semua perahu yang sudah kamu daratkan.!”
Sebagai pasukan yang taat kepada Komandan, mereka pun dengan ragu-ragu akhirnya membakar semua perahu sampai hangus. Akhirnya, semua pasukan bertempur habis-habisan, karena mereka berpikir tidak akan kembali lagi. Jadi harus menang atau mau bertempur.
Perjalanan menuju sukses kerap kali diwarnai oleh kekhawatiran sehingga terkadang membuat kita cenderung untuk kembali, bahkan mundur dari pergumulan hidup yang selalu dilalui. Hal ini pula yang membuat banyak orang mengalami stagnasi pertumbuhan dalam meraih keberhasilan hanya karena takut tidak berhasil atau takut ditolak oleh orang lain. “Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman menuntun kita pada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran. Jadi ketakutan jika tidak disikapi dengan baik, justru akan melahirkan sejumlah kekhawatiran baru.”
Hikmah yang dapat diambil dari cerita di atas adalah, jika sudah memulai sesuatu (tentu berdasarkan pertimbangan yang matang) adalah memadamkan semua kemungkinan untuk kembali. Beberapa “daya tarik” yang mampu menarik kita untuk kembali adalah keterikatan pikiran dan nostalgia kesuksesan masa lalu dan fasilitas yang mungkin masih terkenang dengan segala kemudahannya. Daya tarik yang demikian, membuat pikiran kita sedikit banyak akan menciutkan nyali untuk menerima tantangan yang ada di mata kita. Itulah sebabnya, kata-kata yang sering muncul dalam kondisi demikian antara lain : “dulu” atau “seandainya”.
Bahkan, ketika perjalanan kita harus mengalami perubahan rute pun, kembali ke jalan awal merupakan pantangan kecuali jika mengalami hal-hal yang memang di luar perencanaan dan kekuasaan manusia (sesat di ujung jalan, kembali ke pangkal jalan).
“Kehidupan ini ibarat jalan satu arah. Seberapa banyak pun perubahan rute yang Anda tempuh, tidak satu pun akan membawa Anda kembali. Dan, begitu Anda mengetahui dan menerima hal itu, kehidupan akan tampak menjadi jauh lebih sederhana”.
Peristiwa Jendral Julius Caesar, sekaligus mengingatkan pada sebuah ilustrasi tentang seseorang yang menyeberang jembatan gantung. Begitu ia sampai di seberang, ia lalu mengambil api dan membakar jembatan tersebut sehingga sekalipun ia berhadapan dengan binatang buas atau apa pun yang membahayakan, ia tidak akan kembali tetapi terus menghadapinya. Kalaupun terlalu berat paling mengubah rute perjalanan.
Mari kita “bakar jembatan” kita, yaitu segala sesuatu yang membuat kita kembali dan surut untuk maju. Yang penting bukan dari mana kita memulai, melainkan di mana kita berakhir. Inilah yang menggambarkan diri kita sebenarnya.
MOTIVASI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar